Kamis, 24 April 2014

Perilaku Afektif : Emosi



Tujuan:
Setelah membaca pokok bahasan tentang perilaku afektif:emosi,maka penulis mengharapkan pembaca :
Kognitif
1.     Mampu menjelaskan perilaku afektif(C2);
2.    Mampu menjelaskan pengertian emosi(C2);
3.    Mampu menjelaskan jenis-jenis emosi(C2);
4.    Mampu menjelaskan hubungan antara kognisi(kognitif), emosi(afektif), dan tindakan(psikomotorik) (C2);
5.    Mampu menjelaskan tahap perkembangan emosi(C2);
6.    Mampu menjelaskan tentang kecerdasan emosional(C2).
Afektif
1.     Mampu menghubungkan materi tentang afektif:emosi pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran) berdasarkan tahap perkembangan emosi(A5).
Psikomotorik
1.     Mampu mendesain RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran) tentang perilaku afektif berdasarkan tahap perkembangan emosi(P6).
A.   Emosi
          Afektif merupakan perilaku individu yang bersumber dari getaran jiwa yang diekspresikan dalam bentuk perasaan atau emosi tertentu yang diekspresiskan dalam bentuk perilaku pada saat berinteraksi dengan lingkungan. Dengan adanya perasaan atau emosi, perilaku individu terekspresikan dalam wujud yang serasi,selaras dan seimbang sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian perilaku afektif merupakan warna atau bumbu yang membuat perilaku terwujud secara tepat dan harmonis.
          Meskipun banyak definisi emosi,definisi yang bersifat umum menyebutkan bahwa “emosi merupakan satu respons psikofisiologis terhadap beberapa rangsangan yang bermakna , yang melibatkan satu keadaan perasaan dan resonansi jasmaniah”. Kata “Emosi” berasal dari bahasa latin “emovere” : yang artinya “bergerak ke luar”. Maksud setiap emosi adalah untuk menggerakan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya,serta menghindari sesuatu yang merugikan dan pencabutan kebutuhan. Emosi dasar sangat diperlukan oleh individu untuk memperoleh kelestarian hidup karena emosi berkonstribusi khusus untuk membuat kestabilan seluruh kehidupannya.
B.    Jenis-jenis emosi
Jenis-jenis emosi manusia banyak dan beragam. Namun , secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
1.     Emosi yang menyenangkan atau emosi positif
Emosi yang menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang , senang, gembira , kagum, dan sebagainya.
2.    Emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negatif
Emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih,marah,benci, takut dan sebagainya.
C.    Peranan Emosi
Hubungan antara kognisi, emosi, dan tindakan mencerminkan satu sistem hubungan sebab akibat. 
Albert Ellis 
Albert Ellis mengungkapkan bahwa kognisi sangat penting dalam memberikan konstribusi terhadap emosi dan tindakan,emosi juga berperan penting berkonstrbusi atau menjadi sebab terhadap kognisi dan tindakan, serta tindakan berkonstribusi atau menjadi penyebab kognisi dan emosi. Bila seseorang mengalami perubahan dalam salah satu dari tiga ranah itu maka cenderung akan mengalami perubahan dua lainnya.Kognisi, emosi dan motorik merupakan suatu sitem yang saling pengaruh timbal balik. Bagan di bawah ini menggambarkan keterkaitan antara emosi,kognisi, dan motorik(tindakan). 
Sumber : Psikologi Guru Konsep dan Aplikasinya.
Semua emosi mempunyai peranan yang penting dalam proses perkembangan dan kehidupan individu khususnya dalam penyesuaian pribadi dan social
D.   Tahap Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi selama pertumbuhan terbagi menjadi beberapa tahap diantaranya:
a.    Selama Masa Awal (masa bayi)
Sumber: Jadipenulis.com 
Masa ini dimulai sejak masa bayi, bahkan beberapa ahli mengatakan bayi di dalam kandungan saja sudah dipengaruhi oleh emosi. Hanya saja kita tidak menyadari apakah tanda-tanda seperti menangis, tertawa, dan lain-lain disertai dengan intensitas perasaan atau tidak. Menurut Bridges emosi anak akan berkembang melalui pengalaman, sekalipun masih dangkal dan berubah-ubah. Ketika bayi sudah berusia 8 bulan, ia sudah dapat membedakan antara rasa takut dan marah. Selama pertumbuhan perubahan emosi akan semakin jelas dan berbeda.
b.    Fase Selanjutnya (masa kanak-kanak)
Perkembangan emosi dari masa kemasa semakin halus seiring pertumbuhan anak. Peralihan emosi yang tadinya kasar, karena terpengaruh latihan dan kontrol berangsur-angsur tingkah lakunya berubah.
c.    Perkembangan Akhir (masa remaja hingga dewasa)
                    Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Semakin dewasa akan dengan jelas mengungkapkan emosinya, karena emosinya semakin diklasifikasikan seperti rasa takut, marah, muak, dan benci, juga apresiasinya terhadap nilai, keinginan, cita-cita, minat, kesukaan terhadp sesuatu dan reaksinya terhadap pendapat orang lain, lembaga, tanggung jawab dan gagasan orang lain
E.    Kecerdasan Emosional
                   Di  masa lalu bahkan sampai sekarang perkataan “kecerdasan" selalu diartikan sebagai suatu keunggulan intelektual dan diyakini sebagai sumber keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan.Seolah-olah mereka yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi diyakini akan mengalami keunggulan dalam segala aspek kehidupan. Dalam kenyataannya, ternyata seseorang yang dianggap mempunyai kecerdasan tinggi,tidak memiliki keunggulan secara keseluruhan. Dalam konsep sekarang ini,kecerdasan itu tidak hanya terbatas pada keunggulan intelektual akan tetapi pada aspek non intelektual seperti emosi,social,spiritual dan lain sebagainya.
                   Dalam proses pendidikan,kecerdasan emosional mempunyai peranan yang besar dalam mencapai hasil pendidikan secara lebih bermakna. Hal ini mengandung makna bahwa kecerdasan intelektual saja belum memberikan jaminan penuh bagi pencapaian sukses pendidikan,akan tetapi perlu didukung oleh kecerdasan emosional secara lebih optimal.
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
-  Orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak  (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak;
-  Adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya;
-  Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan  emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.
Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Emosi
Qs. Ali imran ayat 153
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang bisa menahan amarah atau emosi yang dimaksudkan disini adalah emosi yang bernilai negatif. Kita sebagai hambanya harus bisa menahan emosi yang bernilai negatif tersebut seperti misalnya marah supaya Allah SWT menyukai kita,hambanya yang berbuat kebajikan.
Berikut adalah aplikasi tentang perilaku afektif di dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran) berdasarkan tahap perkembangan afektif:emosi pada tahap perkembangan akhir untuk mata pelajaran fisika kelas VII semester genap
Rencana Pelaksanaan Pengajaran
Mata Pelajaran :Fisika
Kelas/Usia       :VII/13 tahun (Tahap perkembangan afektif:emosi pada tahap perkembangan akhir)
Materi Pokok    :Suhu dan Kalor
Tujuan :
Kognitif
1.    Siswa mampu menjelaskan pengertian kalor (C2)
2.    Siswa mampu menjelaskan pengertian suhu (C2)
3.    Siswa mampu menjelaskan proses perpindahan kalor (C2)
4.    Siswa mampu menyebutkan contoh aplikasi dari perpindahan kalor (C3)
5.    Siswa mampu menjelelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda (C2)
Alasan :  Dipakainya kata operasional menjelaskan(C2), karena ditahap ini siswa kelas VII SMP masih diperkenalkan tentang konsep fisika yang berkaitan dengan suhu dan kalor sehingga di kelas VII SMP ini setelah diperkenalkan dan dijelaskan oleh guru mata pelajaran fiska tentang materi tersebut siswa diharapkan mampu menjelaskan konsep fisika yang berkaitan dengan suhu dan kalor. Dipakainya kata operasional menyebutkan(C3), karena di kelas VII SMP ini siswa telah diperkenalkan sebelunya tentang perpindahan kalor atau lebih dikenal dengan kata perpindahan panas pada kelas VI SD, sehingga diharapkan pada tingkat kelas VII SMP siswa sudah mampu menyebutkan contoh aplikasi perubahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
Afektif
1.   Siswa mampu menyatakan pendapat tentang konsep kalor dikehidupan sehari-hari (A3)
2.   Siswa mampu menyatakan pendapat tentang perubahan wujud zat yang dipengaruhi oleh kalor (A3)
Alasan : Dipakainya kata operasional menyatakan pendapat (A3) karena pada kelas VII SMP siswa sedang berada pada tahap perkembang afektif:emosi pada tahap perkembangan akhir, dimana pada tahap perkembangan ini siswa sudah semakin dewasa dan akan dengan jelas mengungpkan emosinya, klasifikasi yang diterapkan pada rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) adalah reaksi terhadap pendapat orang lain dan menerima gagasan orang lain. Dengan menggunakan kata operasional menyatakan pendapat disini para siswa diharapkan dapat menerima gagasan dan pendapat orang lain,dan dapat mengatur emosi dengan baik. Cara pembelajaran yang digunakan oleh guru  dengan cara berdiskusi antara guru dengan siswa dan siswa satu dengan siswa lainnya, sehingga dengan cara seperti berdiskusi tersebut bisa dilihat perkembangan afektif siswa tersebut dalam mata pelajaran fisika mengenai konsep suhu dan kalor.
Psikomotorik
1.   Siswa mampu mempraktekan peristiwa yang berhubungan dengan kalor (P3)
2.   Siswa mampu mempraktekan penggunaan thermometer untuk menghitung perubahan suhu (P3)
Alasan : Dipakainya kata operasional mempraktekan(P3) diharapkan siswa kelas VII SMP mempunyai skill atau kemampuan dalam materi suhu dan kalor ini, diharapkan siswa mempunyai skill atau kemampuan dalam mepraktekan peristiwa yang berhubungan dengan kalor seperti mengubah suatu zat dari benda padat ke benda cair dan lain-lain , selain itu siswa juga diharapkan dapat mempunyai kemampuan untuk menggunakan alat ukur suhu yaitu thermometer.

Metode

Kontruktivisme
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1.  Guru mengucapkan salam menyapa, dan menanyakan   keadaan siswa;
2.  Guru memimpin untuk membaca doa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar;
3.  Guru mengecek kehadiran siswa;
4.  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini;
5.  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok adalah 5 orang.
Kegiatan Inti
1.  Guru meminta siswa agar duduk sesuai dengan kelompoknya;
2. Guru menjelaskan tentang suhu,kalor dan cara menggunakan alat ukur suhu yaitu thermometer;
3. Guru memulai diskusi dengan materi untuk setiap kelompok :

·         Apa saja konsep kalor dikehidupan sehari hari?

·         Bagaimana hubungan  proses perubahan wujud   zat dengan kalor?

4.  Selama berdiskusi, siswa juga diminta untuk:
·         Mengukur berbagai macam suhu air (air panas, air dingin, dan campuran air panas dan dingin) yang telah dibawa oleh setiap siswanya dengan menggunakan thermometer yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

5.  Guru mengecek setiap kelompok,  ketika diskusi dan kegiatan pengukuran berlangsung;
6.  Guru meminta hasil diskusi dari setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya, dan meminta untuk mempraktikan bagaimana cara pengukuran suhu yang telah dilakukan serta menyebutkan hasil pengukuran tersebut;
      Penutup
1.  Guru menyimpulkan dan mengevaluasi pemaparan diskusi tiap kelompok serta  cara pengukuran yang telah dilakukan siswa;
2.  Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja terbaik ;
3.  Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk membuat kliping berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-harinya dan dibuat secara kreatif dan menarik,dengan batas pengumpulan di pertemuan berikutnya,
4.  Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan hamdalah.

Daftar Pustaka :
Khodijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014
Surya, Muhammad. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Alfabeta, 2013